Navbar sama External CSS

Home Base

Sabtu, 30 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 19.08
モリマソ


1. jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka anda akan bahagia.

2. jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka anda akan semakin kaya

3. jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka anda akan termotivasi.

4. jangan menunggu dipedulikan orang baru anda peduli, tapi pedulilah dengan orang lain, maka anda akan dipedulikan.

5. jangan menunggu orang memahami anda baru anda memahami dia, tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan anda.

6. jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisan anda.

7. jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggu anda.

8. jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka anda akan dicintai.

9. jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah, bukan hanya uang yang datang, tapi juga rezeki yang lainnya.

10. jangan dulu menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka anda akan menjadi contoh yang diikuti.

11. jangan menunggu suskes baru bersyukur, tapi bersyukurlah, maka akan bertambahlah kesuksesan anda.

12. jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah..!! anda pasti bisa..!!!

SELAMAT MENCOBA... :)

Jumat, 29 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 05.32
Kegelapan kian menelan malam, menyembunyikan temaram bulan di balik awan. Sesekali, angin menjeritkan penderitaan alam yang disebabkan oleh kezaliman zaman, menyeruak jubah keheningian.

Saat itu, Randa tengah melayarkan ingatan nya menuju samudera masa silam. Dimana angin selalu dirasa lembut tertiup melewati kedua mata nya. Dan tarian buih - buih merupakan kekuatan dalam pengarungan.

Namun sayap zaman terus mengepak menjauh. Tidak ada lagi tiupan angin, atau pun tarian buih. Nafas lautan terlalu gaib untuk dapat menjamah mata. Tarian buih terlalu lembut untuk membangkitkan jiwa yang lelah.

Samudera masa silam hanyut oleh kepakan sang zaman. Mengubur impian kecil yang pernah bergelayutan dalam angan Randa. Sekarang, impian itu menjelma sebagai dewa pengutuk masa silam.

Impian hanyalah mimpi. Impian adalah citra yang tercipta saat berada jauh dari kemegahan dunia. Impian adalah kesucian angan tanpa paksaan. Dan biarlah impian tetap menjadi suci dalam mimpi

a special gift from : ヒらムイマエム アいイエサ
Diposting oleh モリマソ di 04.48
And a youth said, Speak to us of Friendship.

And he answered, saying:



Your friend is your needs answered.

He is your field which you sow with love

and reap with thanksgiving.

And he is your board and your fireside.

For you come to him with your hunger,

And you seek him for peace.



When your friend speaks his mind you fear

the "nay" in your own mind,

nor do you withhold the "ay."

And when he is silent your heart ceases

not to listen to his heart;

For without words, in friendship, all thoughts, all desires,

all expectations are born and shared,

with joy that is unacclaimed.

When you part from your friend, you grieve not;

For that which you love most in him

may be clearer in his absence,

as the mountain to the climber

is clearer from the plain.



And let there be no purpose in friendship

save the deepening of the spirit.

For love that seeks aught but the disclosure

of its own mystery is not love but a net cast forth;

and only the unprofitable is caught.



And let your best be for your friend.

If he must know the ebb the of your tide

Let him know its flood also, for what is your friend

that you should seek him with hours to kill?

Seek him always with hours to live.

For it is his to fill your need, but not your emptiness.

And in the sweetness of friendship

let there be laughter, an sharing of pleasures.

For in the dew of little things

the heart finds its morning and is refreshed.

Kamis, 28 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 19.13
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.

Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.

Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.



Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.

Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.

Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!

Maka gadis cilik itu bangkit.

Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.

Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.

Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.



Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.

Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.

Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.

Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.



”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.

Kedudukan di sisi Nabi?

Abu Bakr lebih utama,

mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,

namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.

Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah

sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.

Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..

Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..

Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?

Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.



”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”



Cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.

Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.



Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak.

Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.

Setelah Abu Bakr mundur,

datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,

seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,

seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab.

Ya, Al Faruq,

sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan,

sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.

Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?

Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?

Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?

Dan lebih dari itu,

’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,

”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.



Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.

’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.

Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.

Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.

Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya.

Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.

”Wahai Quraisy”, katanya.

”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.

Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani.

’Ali, sekali lagi sadar.

Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.

Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.

’Umar jauh lebih layak.

Dan ’Ali ridha.



Cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Ia mengambil kesempatan.

Itulah keberanian.

Atau mempersilakan.

Yang ini pengorbanan.



Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.

Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?

Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?

Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?

Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.

Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?

Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?

Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?



”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.

”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”



’Ali pun menghadap Sang Nabi.

Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.

Ya, menikahi.

Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.

Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.

Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?

Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?

Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.

Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.

Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.

Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.



Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”

Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung.

Apa maksudnya?

Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.

Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.

Mungkin tidak sekarang.

Tapi ia siap ditolak.

Itu resiko.

Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.

Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.

Ah, itu menyakitkan.



”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!

Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”



Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.

Dengan menggadaikan baju besinya.

Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.

Itu hutang.



Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.

Dengan keberanian untuk menikah.

Sekarang.

Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati.

Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,

“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”



Inilah jalan cinta para pejuang.

Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.

Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Seperti ’Ali.

Ia mempersilakan.

Atau mengambil kesempatan.

Yang pertama adalah pengorbanan.

Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,

dalam suatu riwayat dikisahkan

bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)

Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kisah ini disampaikan disini,

bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an

Kisah ini disampaikan

agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah

bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi

dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu

Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.

source : SCSK

Selasa, 26 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 22.48
* Tahu ilmu/pengetahuan tentang stress
* Temukan penyebab stress khas kita
* Hadapilah masalah dengan sikap positif
* Selesaikan konflik
* Janganlah terlalu mudah cemas
* Janganlah bersikap perfeksionis
* Tetapkanlah keinginan yang dapat dicapai
* Jaga agar jangan membuat diri terlalu sibuk
* Kurangi beban karena peran
* Janganlah menyanggupi terlalu banyak
* Janganlah menerima kesanggupan yang tidak mampu kita penuhi
* Sediakanlah waktu yang cukup
* Kelolalah waktu
* Rapikanlah hidup kita
* Lepaskanlah diri kita dari stress batin
* Temukan cara mengungkapkan rasa amarah yang tertahan
* Berolahragalah secara teratur
* Ambilah sikap tubuh yang baik
* Beristirahatlah yang cukup
* Kendorkanlah diri kita
* Tegang dan kendorkan otot
* Untuk tenang sesaat
* Berdoalah secara rutin ambilah waktu
* Bermainlah
* Tertawalah pada diri sendiri
* Menangislah
* Bacalah buku yang baik
* Lakukanlah kreativitas dan hobi
* Nikmatilah keindahan alam
* Carilah dukungan
* Jalinlah persahabatan
* Ceritakanlah rahasia kita kepada orang lain
* Carilah bantuan
* Menyatulah dengan masyarakat
* Beramal dan membantu orang lain
* Terimalah kenyataan

Senin, 25 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 06.39
* TIPS MENANGANI GROGI
- Pahami bahwa perasaan grogi adalah energi positif
- Bersikaplah nothing to lose
- Tenangkan diri Anda
- Kerahkan energi Anda
- Berbicaralah dengan keras dan lantang
- Diam
- Lontarkan humor yang wajar

* MENUJU PRESENTASI SUKSES
- Perhatikan ucapan suara yang keluar
- Pastikan, Anda bisa melihat ke segala arah
- Hindarkan perilaku yang teatrikal
- Jadilah diri sendiri
- Tentukan sasaran yang jelas
- Latihan terlebih dahulu
- Jika menggunakan teks usahakan konsisten
- Jangan terlalu banyak menimbun informasi
- Datanglah lebih awal
- Bagikan bahan presentasi setelah usai
- Tentukan tema presentasi
- Jangan mengambil presentasi terlalu lama

* TEKNIK MENGUASAI AUDIEN

> MENARIK
- Membuat substansi yang dipresentasikan menarik bagi audien
- Mengemas materi dalam bentuk presentasi yang menarik
- Dibuat dalam bentuk powerpoint atau berbagai bentuk grafik
- Materi yang disajikan harus merasa dibutuhkan oleh audien

> MENGUASAI
- Presenter harus menguasai materi yang disajikan
- Jangan mempresentasikan hasil kerja orang lain
- Menyajikan hasil karya orang lain sebaiknya dipelajari dulu sebelum tampil dihadapan audien

> ORIGINAL
- Substansi yang disampaikan hendaknya original
- Hasil rekayasa atau terjemahan dapat membuat bingung (karena mungkin ada audien yang sudah pernah mempelajari hal tersebut dari sumber aslinya)

> JUJUR
- Presenter hendaknya jujur menghadapi audien
- Tidak berpura-pura (topeng) dalam penguasaan materi
- Materi baru baiknya disampaikan kepada audien yang berusaha menguji penguasaan materi presenter.


SEMOGA BERMANFAAT....

Jumat, 22 April 2011

Diposting oleh モリマソ di 17.31



GURU WAJIB

Guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan ketidakhadirannya membuat orang-orang merasa kehilangan

Karakteristik :

Bekerja dengan tulus, administrasi lengkap, kemampuan mengajarnya bagus, aktif dalam berbagai kegiatan, Memandang bekerja itu sebagian dari belajar.



GURU SUNAH

Guru yang keberadaanya dibutuhkan, tetapi ketidakhadirannya tidak membuat siswa kehilangan.

Karakteristik :

Bekerja pamrih, kemampuan bagus, memandang bekerja untuk mendapatkan sesuatu



GURU MUBAH

Guru yang kehadiran dan ketidakhadirannya sama saja tidak memberikan pengaruh

Karakteristik :

Bekerja asal menggugurkan kewajiban, tidak mempunyai keinginan untuk meningkatkan kemampuan serta karir, administrasi guru asal ada (kalau perlu fotocopy).



GURU MAKRUH

Guru yang kehadirannya tidak diharapkan, ketidakhadirannya justru membuat siswa merasa tenang dan senang.

Karakteristik :

Selalu usil terhadap pekerjaan orang lain, selalu mengkritik orang lain/atasan, tetapi bila disuruh kerja tidak mampu, pekerjaannya kurang baik.



GURU HARAM

Guru yang kehadirannya maupun ketidakhadirannya tidak diharapkan, dalam artian lebih baik tidak memiliki status apapun disekolah tersebut.

Karakteristik

Berperilaku tidak baik, tidak memiliki kemampuan untuk mengajar.

Blog Foot

Copyright 2011 :